detikcom Jakarta – Indonesia harus mewaspadai agenda dibalik kunjungan Managing Director IMF Rodrigo Rato pada 23-24 Januari. Banyak agenda terselubung yang harus diwaspadai. Koalisi Anti Utang (KAU) dalam penjelasan tertulisnya yang diterima detikcom , Senin (22/1/2007) memperkirakan, kunjungan Rato ke Indonesia akan dimanfaatkan untuk mengamankan agenda-agenda IMF.
Hal itu disebabkan karena IMF tengah dibelit berbagai masalah serius seperti memburuknya potensi pendapatan akibat percepatan pelunasan utang yang telah dilakukan beberapa negara seperti Indonesia, Serbia dan Uruguay. KAU menambahkan, IMF juga menghadapi proyeksi kerugian operasional sebesar US$ 87,5 juta dan US$ 280 juta pada 2009. IMF juga akan mencatat defisit sebesar SDR 70 juta (US$ 105 juta) ditahun fiskal 2007 yang akan berakhir pada 30 April 2007.
Defisit tersebut telah melebar dari proyeksi awal, yakni SDR 60 juta (US$ 90 juta). Satu-satunya cara untuk keluar dari belitan itu adalah melalui penerapan tingginya suku bunga pinjaman. Hal itu bisa dilakukan jika agenda liberalisasi sektor keuangan bisa tetap berjalan. “Indikatornya adalah tetap memberlakukan kebijakan rezim devisa bebas nilai tukar bebas mengambang. Kemudian menggunakan tingkat suku bunga sebagai instrumen kebijakan untuk mengendalikan nilai tukar,” tulis KAU.
Skenario kebijakan seperti ini dinilai KAU memudahkan IMF untuk mengambil keuntungan dari Indonesia. KAU menyarankan agar pemerintah memanfaatkan kunjungan IMF untuk menghapuskan utang Indonesia dan segala produk kebijakan yang lahir dari intervensi melalui Letter of Intent (LoI) dan Post Program Monitoring (PPM). “Kemudian diikuti dengan tindakan meninjau ulang keanggotaan Indonesia di IMF dan bahkan mulai memikirkan upaya untuk membubarkan lembaga ini,” demikian KAU dalam penjelasannya.
Detikcom, 22 Januari 2007
Komentar