JAKARTA: Koalisi Anti Utang (KAU) menyarankan agar pemerintah segera keluar dari IMF dan Bank Dunia dengan mengoptimalkan pembiayaan negara dari sumber dalam negeri, seperti yang dilakukan Venezuela. Kusfiardi, Koordinator KAU, mengatakan kerja sama dengan IMF dan Bank Dunia selama ini ternyata tidak menghasilkan keuntungan ekonomi dan finansial.
Indonesia seharusnya belajar dari kasus di Amerika Latin yang berani untuk independen dari utang luar negeri, terutama dengan adanya ikrar Presiden Venezuela Hugo Chavez untuk keluar dari IMF. “Urgensi dari lepasnya Indonesia dari keanggotaan IMF dan Bank Dunia adalah untuk mendapatkan kembali kedaulatan ekonomi Indonesia yang selama ini hilang,” kata dia di Jakarta, kemarin.
Untuk mengurangi beban utang, KAU mengusung langkah alternatif yakni dengan mengoptimalisasi sumber daya nasional, karena ternyata dalam struktur APBN, sekitar 95% penerimaan negara berasal dari dalam negeri dan struktur belanja negara dialokasikan untuk pembayaran utang.
Rusak aturan
Sementara itu, Bloomberg melaporkan janji Presiden Venezuela Hugo Chavez untuk menarik negaranya dari keanggotaan IMF berpotensi merusak aturan-aturan obligasi luar negerinya dan dapat memicu para investor untuk menuntut uang mereka kembali.
Pacific Investment Management Co dan Alliance Capital Management, pemegang surat utang terbesar di Venezuela, akan mendapat keuntungan melimpah jika jaminan dilepaskan. Mereka memiliki obligasi yang diperdagangkan di bawah nilai nominal. Venezuela memiliki surat utang (notes) senilai US$6,5 miliar yang diperdagangkan murah di antara obligasi luar negerinya yang senilai US$20 miliar.
Keputusan Chavez untuk mengambil alih perusahaan-perusahaan telekomunikasi dan energi tahun ini telah memperburuk performa obligasi Venezuela, yakni menjadi terburuk kedua di pasar. Negara ini pernah berjanji untuk tetap menjadi anggota IMF sehingga dengan keluarnya dari lembaga tersebut bisa saja menimbulkan kegagalan teknis.
Menurut Matthew Ryan, pengelola dana US$2,6 milar di MFS Investment yang juga mengatur obligasi yang diperdagangkan di bawah nilai utama senilai US$30, Chavez terus menerapkan agenda yang radikal. Dia juga menilai Chavez mungkin akan menarik kembali janjinya karena kegagalan teknis dapat membatasi kemampuan Venezuela untuk meminjam di pasar internasional dan menghapus IMF sebagai sumber dana potensial.
“Sangat masuk akal bagi Chavez untuk menarik kembali janjinya, tetapi sulit bagi saya mengatakan dia telah gagal,” kata Alberto Bernal, analis fixed-income di Bear Stearns Cos di New York. (02)
Bisnis Indonesia, 26 Mei 2007
Komentar